Sarapan Dapat Cegah Penyakit Jantung

Banyak orang yang tidak melakukan sarapan pagi dikarenakan kesibukan di pagi hari untuk segera berangkat kerja atau sekolah. Atau mungkin juga karena anggapan yang salah, bahwa dengan tidak sarapan pagi akan membantu menurunkan berat badan.

Sebaliknya, tidak mengonsumsi sarapan pagi diketahui dapat menyebabkan berat badan bertambah dan berisiko untuk menderita penyakit jantung. Wanita sehat yang tidak sarapan selama dua minggu akan mengonsumsi makanan yang lebih banyak pada siang dan malam harinya. Hasilnya, kadar kolesterol LDL (kolesterol ‘buruk’) akan meningkat dan kepekaan terhadap hormon insulin akan menurun, dibandingkan dengan wanita yang mengonsumsi sarapan pagi setiap harinya.

Kadar kolestorol LDL yang tinggi dan gangguan kepekaan insulin merupakan faktor risiko utama untuk menderita penyakit jantung.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari sarapan maupun tidak sarapan pagi terhadap kalori yang masuk dan dibakar sepanjang hari dan hubungannya dengan insulin, kadar kolesterol dan glukosa pada 10 wanita sehat dengan berat badan normal.

Selama dua minggu, wanita tersebut mengonsumsi sarapan pagi yang berisi semangkuk sereal dengan 2% susu pada jam 7 dan 8 pagi. Kemudian pada jam 10.30 dan 11.00, mereka diberikan makanan kecil berupa permen batangan. Kemudian mereka mengonsumsi dua menu tambahan dan makanan ringan setiap harinya.

Setelah dua minggu berlalu, para wanita tersebut mengikuti panduan baru dengan tidak mengonsumsi sarapan pagi. Dan hanya mengonsumsi sereal di waktu makan siang, sekitar pukul 12 siang. Kemudian mereka mengonsumsi dua menu tambahan dan makanan ringan setiap hari selama dua minggu tersebut.

Hasilnya menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi sarapan pagi, kalori yang masuk lebih rendah 100 kalori dibanding dengan saat mereka tidak mengonsumsi sarapan pagi. Dan kolesterol ‘buruk’ (LDL) lebih rendah pada saat mereka mengonsumsi sarapan pagi. Selain itu, sarapan pagi membuat respon insulin juga lebih baik, yang berarti risiko untuk menderita diabetes juga menurun.

Walaupun tidak ada perbedaan berat badan bila mengonsumsi sarapan pagi maupun tidak, tapi dengan peningkatan kolesterol dan kadar insulin saat tidak mengonsumsi sarapan pagi membuat mereka berisiko untuk menderita penyakit jantung di kemudian hari.

Sumber: The American Journal of Clinical Nutrition

Manfaat Fitokimia pada Sayur dan Buah

Fitokimia, senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Zat alamiah ini hanya bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Buah-buahan, selain enak dan menyehatkan, juga melimpahkan sepanjang tahun.Pisang, pepaya, apel, jeruk, alpukat, mangga, semangka, salak, sawo, anggur dan beberapa buah lainnya dapat dijumpai dengan mudah di pasar maupun supermarket. Buah-buahan dan sayuran ini selain terjangkau harganya, juga sangat kaya akan nutrisi.

Sayuran, padi-padian dan buah-buahan merupakan sumber utama zat fitokimia. Sebabnya, dalam satu jenis tumbuhan, bisa terdapat puluhan bahkan ratusan zat fitokimia yang berguna bagi kesehatan tubuh ini. Ada beberapa fitokimia yang sudah diketahui terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan, antara lain sebagai berikut.

Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen pemberi warna pada buah dan sayuran. Karotenoid ini bermanfaat mencegah serangan jantung, stroke, kebutaan, beberapa jenis kanker dan memperlambat penuaan.

Beta Karoten
Fungsi dari beta karoten ini hampir sama dengan karotenoid. Beta karoten terdapat pada buah dan sayur berwarna kuning seperti mangga, pepaya, wortel, labu dan juga pada sayuran hijau.

Lutein
Lutein ini sangat berguna untuk kesehatan mata. Bayam adalah jenis sayuran yang paling banyak mengandung lutein. Sumber lutein lainnya adalah selada, kiwi dan brokoli.

Likopen
Likopen berfungsi mencegah serangan jantung dan kanker prostat. Likopen terdapat pada buah dan sayuran berwarna merah seperti tomat, paprika merah, semangka dan wortel.

Zeaxanthin
Zeaxanthin ini mencegah degenerasi molecular dan kanker. Zeaxanthin terdapat pada jagung dan bayam.

Flavonoid
Flavonoid merupakan anti oksidan yang menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh kita. Radikal bebas dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung dan penuaan dini. Flavonoid dapat ditemukan pada jeruk, kiwi, apel, anggur merah, brokoli dan the hijau.

Resveratrol
Resveratrol mencegah penyakit jantung, kanker, penyumbatan darah dan stroke. Resveratrol terdapat pada anggur merah dan jus anggur merah.

Quersetin
Quersetin mengurangi peradangan akibat alergi, menghambat pertumbuhan kanker di kepala, leher dan melindungi paru-paru dari efek polutan. Quersetin terdapat pada apel, pear, anggur, selada, brokoli, teh hijau dan anggur merah.

Hesperidin
Hesperidin dapat melindungi tubuh dari serangan jantung. Hesperidin bisa dijumpai pada kelompok buah jeruk.

Tangeritin
Tangeritin dapat mencegah kanker di kepala dan di leher. Tangeritin terdapat pada buah jeruk dan jusnya.

Antosianin
Antosianin mencegah penggumpalan darah, bahkan stroke. Antosianin terdapat pada buah strawberry, kiwi dan plum.

Sulforafen
Sulforafen berfungsi mencegah resiko kanker usus besar. Sulforafen terdapat pada sayuran crucifera seperti kembang kol, brokoli, kubis dan bokchoy.

Limonen
Limonen ada fitokimia yang ditemukan pada bagian kulit dan selaput putih buah dalam kelompok jeruk seperti jeruk orange, mandarin, limau, lemon, jeruk nipis. Limonen melindungi paru-paru dan menurunkan resiko beberapa jenis kanker.

Asam ellagat
Asam ellagat adalah senyawa fenolat yang bisa menurunkan resiko beberapa jenis kanker dan menurunkan kadar kolesterol. Asam ellagat dijumpai pada anggur merah, kiwi dan strawberry.

Copyright © Info Sehat & Bugar

Kanker Prostat Terjadi Akibat Kolesterol Yang Tinggi

Journal Annals of Oncology menyatakan bahwa pria dengan tingkat kolesterol yang tinggi, khususnya jika telah diketahui sebelum usianya 50 tahun, memiliki kecenderungan terhadap risiko terjadinya kanker prostat. Kaitan antara terjadinya kanker prostat dan tingginya kolesterol telah diuji pada 2.750 pria.

Para peneliti dari Istituto di Ricerche Farmacologiche Mario Negri, Milan, mengemukakan tentang kemungkinan adanya hubungan antara kolesterol yang tinggi dan kanker prostat. Berdasarkan hasil penelitian, mereka menyatakan bahwa pria yang menderita kanker prostat memiliki tingkat kolesterol yang lebih tinggi 50% dibandingkan dengan pria tanpa kanker prostat.

Kanker prostat adalah salah satu kanker yang sering terjadi pada kaum pria. Setiap tahunnya, dilaporkan terjadi 543.000 kasus baru di seluruh dunia dan membunuh 200.000 pria usia lanjut di beberapa negara berkembang.

Para peneliti menyatakan bahwa hubungan tersebut cenderung terjadi pada pria dengan tingkat kolesterol yang tinggi dan telah didiagnosa sebelum usianya 50 tahun dibandingkan mereka yang didiagnosa pada usia lebih dari 65 tahun. Perbadingannya yaitu sekitar 80%. Selain itu, penderita kanker prostat pada penelitian tersebut diduga 26% lebih mungkin terkena batu ginjal yang seringkali berkaitan dengan tingginya tingkat kolesterol.

Perlu diketahui bahwa hormon androgen, yang berperan dalam jaringan dan kanker prostat, disintesis dari kolesterol. Batu empedu juga dibentuk dari kolesterol. Jadi, memang terbukti adanya kaitan antara batu empedu dan kanker prostat.

Para peneliti menambahkan bahwa obat penurun kolesterol (dikenal dengan statin) dapat membantu menurunkan risiko kanker prostat pada pria. Statin juga diketahui dapat membantu mencegah terjadinya diabetes, risiko penyakit jantung, dan stroke.

Sumber : Journal Annals of Oncology